Sunday, October 18, 2015

Mengenal Daun Walang, ‘Daun Khas’ Provinsi Banten yang Membuat Aneka Masakan Jadi Jos!

Saya tidak tahu apakah daun walang sudah diketahui oleh banyak orang atau tidak. Mungkin masih belum, karena ketika saya mencari di google ternyata hanya satu-dua artikel saja yang benar-benar berisikan daun walang yang saya maksudkan. Daun yang amat penting dalam meracik aneka masakan (terutama olahan daging) bagi masyarakat Banten, khususnya Serang ini padahal masih sejenis dengan tanaman lengkuas, jahe, dll tapi anehnya mengapa daun ini juga belum terindeks di Wikipedia? Apakah para ilmuan belum menemukan daun ini? Dalam suatu acara, saya juga pernah menanyakan daun walang kepada seorang teman yang berasal dari Cimahi dan ia menjawab tidak tahu. Atau bisa jadi ada istilah lain dalam penamaan rempah daun ini yang belum saya ketahui.
Seperti yang saya sebutkan di atas, tanaman daun walang adalah suatu tanaman yang serupa dengan tanaman lengkuas dan jahe, tapi lengkuas dan jahe lebih sering dimanfaatkan akar rimpangnya, sedangkan daun walang ini hanya dimanfaatkan daunnya saja karena tanaman ini tidak memiliki akar rimpang. Oleh karena tidak berakar-rimpang itulah tanaman ini agak sulit untuk dibiakan. Kalau kata nenek saya, hanya orang yang benar-benar telaten dalam berkebun saja yang bisa menanamnya. 

Walang dalam bahasa Jawa Serang berarti belalang karena daun tanaman ini memiliki aroma yang khas, mirip dengan bau serangga walang sangit.
Tanaman ini memiliki ciri yang hampir sama dengan tanaman lengkuas, dengan batang semu berbentuk kecil memanjang dan tinggi hanya sekitar 50-100 cm tergantung tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan air. Namun jika diperhatikan secara lebih detail, ada perbedaan mencolok diantara keduanya. Daun lengkuas mempunyai urat daun menyerong keluar, sedangkan daun walang memiliki urat daun yang lurus dari pangkal ke ujung daun.
Biasanya tanaman ini digunakan sebagai rempah ketika daunnya sudah mengering atau sengaja dikeringkan dengan cara dijemur atau dipanggang di bara api. Setelah kering daun walang bisa ditumbuk dengan rempah-rempah yang lain sebagai bumbu masakan atau bisa juga digunakan sebagai penyedap dengan cara langsung memasukan daun walang yang sudah diremas ke dalam masakan.

Rasa dan aromanya yang khas menyebabkan daun ini menjadi rempah yang penting dalam masakan, terutama olahan daging di Banten. Daun yang oleh masyarakat sekitar tempat saya tinggal disebut godong walang ini bisa menjadi suatu pembangkit dan penambah nafsu makan bagi siapa saja yang mencobanya. Oleh sebab itu, mama saya selalu memasakan makanan yang diberi serbuk daun walang ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit dan malas untuk makan.








Saya sendiri sering mencampurkan daun walang ke berbagai masakan. Bukan hanya olahan daging, tapi bisa juga ke olahan telur, kikil, sayur tumis atau ongseng, bumbu pepes dan bahkan untuk bumbu bahan makanan yang dibakar. Saya membayangkan, bagaimana ya rasanya jika daun walang ini dicampurkan dengan rendang khas Padang yang kabarnya merupakan makanan terlezat nomor 1 di dunia itu? Waah saya pikir rasa dan aromanya pasti semakin nikmat!
daun walang + rendang = apa jadinya??
Suatu hari harus saya eksperimenkan itu! ^^


0 comments:

Post a Comment